This is default featured post 1 title

Mr. Rohmadi sedang nampang di internet

This is default featured post 2 title

Sesama manusia harus saling maaf memaafkan, semua adalah saudara, jangan ada perpecahan diantara kita. Dalam pepatah Jawa "Rukun agawe santosa"

This is default featured post 3 title

Makarya sesarengan kanthi asesanti Rawe-rawe rantas, malang-malang putung

This is default featured post 4 title

Mangga sumene sawetawis, sinambi ngunjuk kopi supados tetep fresh

This is default featured post 5 title

Jabat tangan merupakan titik awal untuk mempererat tali ukuwah Islamiyah dan tali silaturahmi

Rabu, 30 Maret 2011

Tugas Bahasa Jawa

Bagi anak-anak yang belum mengumpul tugas, harap segera mengumpulkan ketika pelajaran bahasa Jawa:




Tugas terstruktur untuk kelas X
1. Membaca Dhagelan "Maling Kontrang Kantringan"
2. Menganalisisnya : siapa saja tokoh, bagaimana wataknya, setting, latar, dan piwulang budi pekertinya
3. Bisa ditulis/dikerjakan dengan cara ditulis tangan atau diketik
4. Dikumpul ketika Pelajaran Bahasa Jawa
Tugas terstruktur untuk Kelas XI
1. Menentukan salah satu jenis acara
2. Menentukan : Pranatacara, Pambagyaharja, Tiyang ingkang sesorah, do'a
3. Bisa ditulis/dikerjakan dengan cara ditulis tangan atau diketik
4. Dikumpul ketika Pelajaran Bahasa Jawa

Senin, 28 Maret 2011

Kegiatan Kesiswaan (Ibadah Berjama'ah Menjelang UNAS) SMKN 1 Godean

Seluruh siswa kelas XII SMKN 1 Godean dalam mempersiapkan diri menghadapi UNAS membekali diri dengan aktif mengikuti kegiatan KBM tambahan dan Les serta ibadah berjama'ah. Ibadah tersebut dilaksanakan setiap hari Jum'at secara bergantian. Waktu kegiatan mulai tanggal 18 Februari 2011 sampai tanggal 8 April 2011. Kegiatan dalam Ibadah berjama'ah antara lain :
1. Pengajian Iftitah
2. Taddarus
3. Doa berjama'ah
4. Sholat Hajad dan doa penutup
5. Sholat 'Ashar
Kegiatan tersebut didampingi oleh Bapak Kepala Sekolah, Bapak/Ibu Guru dan Karyawan sebagai pembimbing dan pendamping. Semoga dengan adanya Ibadah berjama'ah tersebut dapat mensukseskan kegiatan UNAS serta seluruh siswa-siswi SMKN 1 Godean dapat lulus 100%. Amin . . .

Sabtu, 26 Maret 2011

Sejarah Batik

Seni pewarnaan kain dengan teknik pencegahan pewarnaan menggunakan malam adalah salah satu bentuk seni kuno. Penemuan di Mesir menunjukkan bahwa teknik ini telah dikenal semenjak abad ke-4 SM, dengan diketemukannya kain pembungkus mumi yang juga dilapisi malam untuk membentuk pola. Di Asia, teknik serupa batik juga diterapkan di Tiongkok semasa Dinasti T’ang (618-907) serta di India dan Jepang semasa Periode Nara (645-794). Di Afrika, teknik seperti batik dikenal oleh Suku Yoruba di Nigeria, serta Suku Soninke dan Wolof di Senegal.[2]. Di Indonesia, batik dipercaya sudah ada semenjak zaman Majapahit, dan menjadi sangat populer akhir abad XVIII atau awal abad XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad XX dan batik cap baru dikenal setelah Perang Dunia I atau sekitar tahun 1920-an.[3]

Walaupun kata “batik” berasal dari bahasa Jawa, kehadiran batik di Jawa sendiri tidaklah tercatat. G.P. Rouffaer berpendapat bahwa tehnik batik ini kemungkinan diperkenalkan dari India atau Srilangka pada abad ke-6 atau ke-7. [2]Di sisi lain, J.L.A. Brandes (arkeolog Belanda) dan F.A. Sutjipto (arkeolog Indonesia) percaya bahwa tradisi batik adalah asli dari daerah seperti Toraja, Flores, Halmahera, dan Papua. Perlu dicatat bahwa wilayah tersebut bukanlah area yang dipengaruhi oleh Hinduisme tetapi diketahui memiliki tradisi kuna membuat batik.[4]
G.P. Rouffaer juga melaporkan bahwa pola gringsing sudah dikenal sejak abad ke-12 di Kediri, Jawa Timur. Dia menyimpulkan bahwa pola seperti ini hanya bisa dibentuk dengan menggunakan alat canting, sehingga ia berpendapat bahwa canting ditemukan di Jawa pada masa sekitar itu.[4]
Legenda dalam literatur Melayu abad ke-17, Sulalatus Salatin menceritakan Laksamana Hang Nadim yang diperintahkan oleh Sultan Mahmud untuk berlayar ke India agar mendapatkan 140 lembar kain serasah dengan pola 40 jenis bunga pada setiap lembarnya. Karena tidak mampu memenuhi perintah itu, dia membuat sendiri kain-kain itu. Namun sayangnya kapalnya karam dalam perjalanan pulang dan hanya mampu membawa empat lembar sehingga membuat sang Sultan kecewa.[5] Oleh beberapa penafsir,who? serasah itu ditafsirkan sebagai batik.
Dalam literatur Eropa, teknik batik ini pertama kali diceritakan dalam buku History of Java (London, 1817) tulisan Sir Thomas Stamford Raffles. Ia pernah menjadi Gubernur Inggris di Jawa semasa Napoleon menduduki Belanda. Pada 1873 seorang saudagar Belanda Van Rijekevorsel memberikan selembar batik yang diperolehnya saat berkunjung ke Indonesia ke Museum Etnik di Rotterdam dan pada awal abad ke-19 itulah batik mulai mencapai masa keemasannya. Sewaktu dipamerkan di Exposition Universelle di Paris pada tahun 1900, batik Indonesia memukau publik dan seniman.[2]
Semenjak industrialisasi dan globalisasi, yang memperkenalkan teknik otomatisasi, batik jenis baru muncul, dikenal sebagai batik cap dan batik cetak, sementara batik tradisional yang diproduksi dengan teknik tulisan tangan menggunakan canting dan malam disebut batik tulis. Pada saat yang sama imigran dari Indonesia ke Persekutuan Malaya juga membawa batik bersama mereka.
Sumber dari : Wikipedia Indonesia

Jumat, 25 Maret 2011

Malioboro, Jalan Sejuta Kenangan



Ke Yogya, belum afdol kalau belum mampir ke Malioboro. Ya, jalan yang berada persis di garis imajiner yang menghubungkan Kraton Yogyakarta, Tugu, Monumen Jogja Kembali dan puncak Gunung Merapi memang menjadi kawasan legendaris dan menyimpan sejuta kenangan.

Jalan Malioboro telah membentuk sebuah kawasan tempat berkumpulnya berbagai komunitas. Dari sekian banyak komunitas yang ada, hanya komunitas pedagang yang terus eksis hingga kini. Komunitas-komunitas yang lain, yang dulu memanfaatkan kawasan ini, seperti komunitas budayawan dan seniman akhirnya hanya kebagian ruang sempit, tergusur aktivitas perdagangan yang semakin lama semakin menguasai ruang di Malioboro.

Jalan tersebut dibangun sejak Raja Ngayogyakarta Hadiningrat Sri Sultan Hamengku Buwono I, dilengkapi sarana perdagangan berupa pasar tradisional semenjak tahun 1758. Pasar yang dulunya berupa kawasan yang banyak tumbuh pohon beringin akhirnya diberi nama Pasar Beringharjo. Kawasan perdagangan tersebut terus berkembang dan setelah berlalu 248 tahun, akitvitas perdagangan meluas hingga menguasai seluruh kawasan Malioboro.

Malioboro tidak ada hubungannya sama sekali dengan mallbor. Malioboro diambil dari bahasa sansekerta yang berarti karangan bunga. Dulu, jalan yang perisis membujur ke arah pintu gerbang Keraton Ngayogyakarta selalu dipenuhi karangan bunga jika Keraton menggelar perhelatan. Karena itu jalan tersebut diberi nama Malioboro (karangan bunga).

Malioboro menjadi saksi bisu beragam peristiwa penting yang akhirnya banyak mewarnai perjalanan panjang bangsa Indonesia. Hengkangnya tentara kerjaan Belanda dari Bumi Pertiwi secara simbolik dilakukan di Jalan Malioboro dan ada prasastinya yang dapat dilihat sampai sekarang. Di kanan kiri Jalan Malioboro terdapat banyak bangunan bersejarah, diantaranya Benteng Vredeburg dan Gedung Agung. Pernah menjadi tempat bersarang komunitas seniman dan budayawan besar.

Malioboro memang eksotik. Keeksotikan tersebut tetap berpendar hingga saat ini. Ikon Kota Yogyakarta menyediakan aneka macam cinderamata khas Jogja. Perburuan cinderamata sambil berjalan kaki di bahu jalan tempat mangkalnya ratusan pedagang kaki lima menghadirkan suasana nan romantis. Semua ada disini, mulai dari produk kerajinan lokal seperti batik, hiasan rotan, wayang kulit, kerajinan bambu (gantungan kunci, lampu hias dan lain sebagainya) juga blangkon (topi khas Jawa/Jogja) serta barang-barang perak, hingga pedagang yang menjual pernak pernik umum yang banyak ditemui di tempat perdagangan lain.

Bila sudah cukup puas menyusuri Malioboro, lesehan Malioboro yang mulai buka menjelang petang dapat dimanfaatkan melepas lelah sambil menikmati makanan khas Jogja Gudeg. Bagi yang ingin memanjakan mulut dengan menu lain, juga ada burung dara goreng/bakar, pecel lele, sea food, masakan Padang dan aneka makan khas lainnya. Sambil menikmati makanan, pengamen jalanan akan menghibur dengan lagu-lagu hits atau tembang kenangan.

Itulah suasana yang ngangeni, suasana Malioboro. Maka "Kembali Ke Kotamu" menggambarkan kerinduan akan Jogja dengan Malioboronya.? Bila rindu Jogja...
www.krjogja.com bisa sedikit menghibur sebelum ada waktu untuk datang atau pulang ke Jogja. (jogjakarta.com)

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More